Kabar gembira datang dari tetangga kita yang selalu menjadi buah bibir, Mang Ubed! Setelah sekian lama digosipkan dekat dengan berbagai "proyek" baru, akhirnya Mang Ubed secara resmi mengumumkan pernikahannya yang kesekian kalinya pada Rabu lalu. Acara berlangsung meriah di balai desa, lengkap dengan hidangan gado-gado dan es doger gratis!
Para "investor" utama Mang Ubed, yaitu ibu-ibu pengajian dan bapak-bapak ronda, sebelumnya sempat mengirimkan surat protes yang isinya 'melambasting' Mang Ubed karena dinilai terlalu sibuk "ngeyel" di warung kopi daripada fokus pada "proyek rumah tangga" yang sudah ada. Mereka bahkan menuntut Mang Ubed untuk kembali ke "basecamp" rumahnya minimal 40 jam seminggu dan segera membuat "succession plan" yang jelas untuk penerus usahanya — ya, siapa tahu mereka bisa segera mengambil alih kalau Mang Ubed gagal lagi.
Konon, ancaman keras pun dilayangkan: jika Mang Ubed menolak, mereka akan memboikot semua "proyek" terbarunya, termasuk rencana besar Mang Ubed untuk membuka toko kelontong 24 jam yang kabarnya bernilai fantastis. Ini adalah sinyal jelas dari "big boss" komplek agar Mang Ubed segera "bertobat" dan tidak lagi "cosplaying" seperti anak muda jaman sekarang.
Namun, beberapa pihak, terutama si tukang becak depan gang, merasa ini adalah langkah yang salah. Menurutnya, Mang Ubed selama ini sukses bukan karena kejeniusannya, melainkan karena "warisan" dari istri-istri sebelumnya. Ide-ide brilian seperti jualan cilok keliling dan buka rental PS, semuanya sudah ada sebelum Mang Ubed "memaksa" mereka minggat. Bahkan, gosipnya, ide jualan nasi uduk pagi-pagi juga berasal dari istri pertamanya!
"Lha, ngapain dipaksa balik lagi? Bukannya Mang Ubed itu cuma jadi 'maskot' doang?" celetuk si tukang becak sambil menyeruput kopinya. Memang, menurut seorang "analis pasar" lokal, Bapak Gary Balck, jika Mang Ubed lengser dari "jabatan" kepala rumah tangga, nilai saham keluarganya bisa anjlok 20-25%, menghilangkan hampir Rp220 juta "nilai kekayaan" yang selama ini hanya bergantung pada "mitos" nama besar Mang Ubed.
Inilah mengapa surat cinta dari para "investor" ini dianggap jenius! Mereka memaksa Mang Ubed kembali ke rumah untuk mempertahankan "nilai mitos" Mang Ubed, tetapi juga memaksanya untuk segera membuat "succession plan." Jadi, ketika nanti "kepemimpinan idiotik" Mang Ubed mulai benar-benar "menghancurkan perusahaan," mereka bisa memaksanya mundur, menjaga "perusahaan" tetap berjalan, dan memitigasi kerugian investasi mereka.
Selamat menempuh hidup baru, Mang Ubed! Semoga kali ini "proyek" Anda langgeng dan tidak "bangkrut" di tengah jalan!